Akses Darat Rusak Parah, Petani Tunggu Bantuan Helikopter

Jalan sentra produksi di Ataran Air Putih Lukap ini rusak parah dan belum ada tanda-tanda akan disentuh pembangunan
Jalan sentra produksi di Ataran Air Putih Lukap ini rusak parah dan belum ada tanda-tanda akan disentuh pembangunan.
Indonesia Memilih

BENGKULU SELATAN | KompolmasTVRatusan petani padi di Ataran Air Putih Lukap tengah menunggu bantuan moda transportasi udara untuk mengangkut pupuk dan hasil panen.

Pasalnya, jalan sentra produksi —selama ini menjadi akses darat bagi hampir 300 hektar sawah— di kawasan tersebut rusak parah dan belum ada tanda-tanda akan disentuh pembangunan.

Bacaan Lainnya
Banner 728309

Informasi terhimpun KompolmasTV, jalan sentra produksi di salah satu lumbung pangan Desa Tanjung Agung, Kecamatan Seginim, Kabupaten Bengkulu Selatan, Provinsi Bengkulu ini terakhir kali disentuh anggaran pemerintah pada 2010 silam.

Yakni melalui program PNPM. Itu pun baru sebatas pembuatan talut dan pengerasan badan jalan sepanjang 3000 meter. Kini, kondisinya sudah mirip parit kubangan kerbau.

Usulan perbaikan jalan ini pernah beberapa kali mengemuka dalam forum Musrenbang —desa, kecamatan dan kabupaten— namun realisasi responnya masih nihil.

Akibatnya, petani menghadapi kesulitan besar saat mengangkut sarana produksi dan hasil panen. Biaya pengangkutan membengkak.

“Kalau pemerintah punya solusi lain (pengangkutan lewat udara-red), bagus juga. Apalagi katanya sebentar lagi akan dibangun lapangan terbang (di ibukota kabupaten-red). Itu kita dukung,” seloroh Budin, salah satu petani saat ditemui dekat sawahnya, Senin (19/4/2021) sore.

Pria paruh baya ini mengaku yakin semangat juang Bupati Gusnan Mulyadi menyejahterakan masyarakat dan memajukan daerah sangat tinggi.

Jadi, tidak begitu sulit bagi Gusnan mengalokasikan secuil anggaran dalam APBD untuk pengadaan helikopter sipil tipe angkut yang harganya hanya Rp23 miliar —menurut prize list Helicopter Managementplus biaya operasional rutinnya untuk dua musim tanam setiap tahun.

Solusi demikian tentu akan mengirit banyak anggaran pembangunan jalan sentra produksi di daerah tersebut. Disamping bisa menciptakan lapangan kerja baru bagi para penerbang lokal dan belasan kru darat.

“Saya pikir banyak petani di sini setuju. Kalau belum siap mengkhayal tinggi-tinggi, kita kembali ke darat. Perbaikan jalan sentra produksi itu cuma 3 KM, bisa dicicil pula. Walaupun di tempat lain juga ada jalan sentra produksi yang perlu diperbaiki,” pungkas Budin.

 

Pemdes Angkat Tangan

Penjabat Kepala Desa Tanjung Agung, Yulian Mustari bersama para peragkatnya, saat dikonfirmasi mengaku keuangan desa belum sanggup menjawab keluhan para petani.

Sebab, kalau hanya mengandalkan dana desa (DD) butuh waktu enam tahun, bahkan lebih, untuk memperbaiki jalan sentra produksi tersebut secara bertahap.

“Sebatas penimbunan badan jalan bisa ditanggulangi dengan dana desa secara bertahap (berbagi anggaran dengan kegiatan pembangunan lainnya-red).

Tapi kalau berangsur selama itu (enam tahun-red), bisa jadi yang paling awal dikerjakan sudah rusak lagi,” keluhnya, Selasa (20/4) sore.

Yulian berancana akan berkoordinasi kembali dengan pemerintah daerah terkait persoalan ini, sembari berharap bisa mendapat solusi terbaik.[ak]

Banner 728309

Pos terkait

Ekowisata Serunting - Wisata Bengkulu

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *