Hanya Butuh Rp3 Juta untuk Berobat, Permohonan Yatim Penderita Lupus Ditolak?

Herli digerogoti lupus. Terbaring lemah di atas kasur kumal dalam rumahnya, tidak bisa bangun, bergerak saja sakit, nyeri di tiap sendi
Herli digerogoti lupus. Terbaring lemah di atas kasur kumal dalam rumahnya, tidak bisa bangun, bergerak saja sakit, nyeri di tiap sendi.
Indonesia Memilih

BENGKULU SELATAN | KompolmasTV — Upaya keluarga Herli Puspita Sari (26), yatim penderita penyakit lupus asal Desa Kuripan Kecamatan Bunga Mas, mencari bantuan biaya berobat akhirnya kandas begitu saja.

Pasalnya, setelah melalui alur birokrasi lumayan panjang, bahkan sempat menemui langsung Bupati Bengkulu Selatan paling spektakuler Gusnan Mulyadi MM, permohonan bantuan biaya tersebut tetap ditolak Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) setempat.

Bacaan Lainnya
Banner 728309

Begitu pula permohonan bantuan biaya melalui Badan Amil Zakat Nasional (Baznas), belum ditanggapi meski sempat mengunjungi Herli sekitar dua pekan lalu.

“Ditolak dengan alasan dananya tidak ada. Kini, rencana membawa Herli (kondisi terkini lumpuh-red) berobat masih menunggu uluran dermawan,” ungkap fungsionaris Seknas Jokowi, Juli Sujianto kepada KompolmasTV, Kamis (10/9/2020) siang.

Menurut Juli, putri pasangan mendiang Suardi dan Ranasia ini bertarung melawan lupus sejak 2016 silam. Karena miskin, dia hanya menjalani pengobatan seadanya di rumah.

Herli pernah menjalani operasi di RS Dr Mohammad Hoesen Palembang, 2018 silam, itu juga berkat bantuan para dermawan. Namun, belakangan kondisinya tidak bertambah baik.

Herli terbaring lemah di atas kasur kumal dalam rumahnya, tidak bisa bangun, bergerak saja sakit, nyeri di tiap sendi. Kondisinya sudah begitu belum lama sejak ayahnya meninggal dunia, empat tahun lalu.

Keluarga dan pendamping pasien menemui Bupati Gusnan Mulyadi
Keluarga dan pendamping pasien menemui Bupati Gusnan Mulyadi.

“Kasihan adik saya, sudah lama terbaring lemah. Apalagi kondisinya memang harus selalu ditunggui,” lirih kakak Herli, Rubianto.

Senada, Sekretaris Desa Kuripan Adi mengaku prihatin kondisi Herli. Namun dia mengaku tidak bisa berbuat banyak.

Pendamping dan keluarga pasien mengunjungi Baznas Kabupaten Bengkulu Selatan
Pendamping dan keluarga pasien mengunjungi Baznas Kabupaten Bengkulu Selatan.

Adi berharap, keperluan biaya pendukung pengobatan —biaya pokok ditanggung BPJS— yang hanya sekitar Rp3 juta tersebut bisa segera teratasi melalui uluran tangan para dermawan.

 

Tidak Manusiawi

Empat tahun menderita lupus, bukan hal mudah bagi Herli Puspita Sari binti Suardi menyembunyikan penyakit seribu wajah tersebut dari pantauan para pemangku kebijakan.

Realita warga miskin berpenyakit kronis ini, tentu juga bukan kejutan bagi pemerintah desa setempat mengambil ancang-ancang kebijakan lebih manusiawi.

Surat sakti yang ternyata tidak sakti lagi
Surat sakti yang ternyata tidak sakti lagi.

Meski harus melalui mekanisme penganggaran formal –Musrenbangdes, Musdes, RKPDes, dan APBDes— mestinya Herli sudah bisa tertolong melalui APBDes minimal selama tiga tahun anggaran berturut-turut.

Penghujung konfirmasinya dengan KompolmasTV, Juli Sujianto sepakat mempertanyakan, apa saja telah diperbuat Pemerintah Desa Kuripan dengan dana desa ratusan juta rupiah pertahun, kalau seorang Herli saja tidak terakomodir dengan layak?

Herli dikunjungi petugas medis Puskesmas Talang Randai
Herli dikunjungi petugas medis Puskesmas Talang Randai.

Apakah andil kemanusiaan sebuah pemerintahan desa sudah dianggap cukup dengan mengeluarkan surat keterangan miskin?

Hingga berita ini ditayangkan, Penjabat Kepala Desa Kuripan dan pihak-pihak berkompeten lainnya dalam upaya dikonfirmasi.[ak]

Banner 728309

Pos terkait

Ekowisata Serunting - Wisata Bengkulu

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *