KPK Saja Terpesona, Begini Eksotika Pantai Tanjung Bira di Bulukumba yang Seret Gubernur Sulsel ke Penjara

Pantai Tanjung Bira terletak di Jalan Tanjung Bira, Kecamatan Bonto Bahari, atau sekitar 40 kilometer dari ibukota Kabupaten Bulukumba
Pantai Tanjung Bira terletak di Jalan Tanjung Bira, Kecamatan Bonto Bahari, atau sekitar 40 kilometer dari ibukota Kabupaten Bulukumba.
Indonesia Memilih

EKSOTIKA Pantai Tanjung Bira memiliki peran tersendiri bagi daya pikat dan percepatan derap kemajuan dunia pariwisata di Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan.

Pesonanya, mampu menghipnotis orang yang memandang, meski dari gambarnya saja. Bahkan, Pantai Losari di Kota Makassar saja tak berani berkutik jika disandingkan dengan destinasi wisata unggulan ini.

Bacaan Lainnya
Banner 728309

Pantai Tanjung Bira terletak di Jalan Tanjung Bira, Kecamatan Bonto Bahari, atau sekitar 40 kilometer dari ibukota Kabupaten Bulukumba.

Ada beberapa opsi rute bisa Anda tempuh untuk mencapai tempat ini. Dari Kota Makassar, butuh waktu berkendara 5-6 jam.

Tapi jangan khawatir, 5-6 jam ini dijamin hanya terasa seolah baru 2-3 kali kerdipan mata saja.

Sebab, begitu meninggalkan Kota Makassar, Anda akan memasuki Kabupaten Gowa, Takalar, Jeneponto dan Bantaeng yang juga memiliki panorama super indah dan membuat kelopak mata Anda kaku tak berkedip.

Dari tapal batas Kabupaten Bantaeng-Bulukumba, semerbak aroma Pantai Tanjung Bira sudah mulai mengobok-obok hidung Anda hingga mekar tak karuan.

Dan beberapa kilometer kemudian, hamparan pasir putih di pantai sepanjang mata memandang itulah tujuan Anda.

Sesuai pepatah “tidak ada makan siang gratis”, untuk bisa memasuki kawasan pantai ini tentu Anda juga wajib merogoh kocek.

Kalau Anda berhidung ekstra mancung, berkulit putih kemerahan, dan/atau minimal pura-pura kurang fasih berbahasa nasional, bisa jadi Anda dikenai tarif masuk Rp 20 ribu, karena dikira bule.

Ini dua kali lipat lebih mahal dibanding tarif masuk wisatawan domestik. Tapi tentunya masih lebih murah dibanding tiket masuk destinasi serupa di Jawa atau Bali.

Pada hari-hari libur, harga tiket masuk wisatawan domestik bisa meningkat jadi Rp 15 ribu. Belum termasuk biaya parkir kendaraan Rp 10 ribu untuk roda empat, dan Rp5 ribu untuk roda dua.

Selebihnya, berwisata di pantai berpasir putih bersih dan terkenal dengan kejernihan air lautnya ini sudah bisa dinikmati gratis, bahkan hingga berhari-hari.

Sehingga, Anda punya banyak waktu merubah warna kulit dengan cara berbeda —jika sebelumnya sering berjemur di sawah atau kebun— di atas hamparan empuk pasir putih, sembari berenang atau snorkelling.

Kalau terasa betah atau lelah, di sini terdapat lumayan banyak tempat menginap, mulai hotel, resort, hingga homestay, dengan tarif ekonomis —mulai Rp 250 ribu— berfasiltas lengkap dan pelayanan ramah.

Banyaknya warung kuliner di tempat ini menjadi jaminan bahwa Anda tidak perlu repot-repot membawa kompor, panci, rantang dan bahan logistik dari rumah.

Berbagai menu seafood tersedia di sini. Begitu pula makanan khas tradisional, seperti Coto Makassar dan Konro.

Keunikan lain yang bisa Anda temukan di sini adalah pusat pembuatan kapal layar tradisional phinisi yang diwariskan turun-temurun masyarakat setempat.

Selain berfoto, souvenir phinisi bisa Anda dapatkan di sini dengan harga terjangkau.

 

Destinasi Mendunia

Hampir dua dekade terakhir, Pantai Tanjung Bira dipoles sedemikian rupa. Berbagai infrastruktur pendukung dihadirkan pemerintah daerah setempat.

Kini, mozaik Sulawesi Selatan ini sudah mendunia. Setiap tahun, tercatat ratusan ribu wisatawan domestik dan mancanegara berkunjung ke sini.

Suatu hari libur sebelum pandemi Covid-19, tim KompolmasTV pernah singgah ke tempat ini. Situasinya sangat ramai, hingga bergaruk pun sulit dilakukan di tempat umum.

 

Profesor NA Juga Manusia

Hari ini, obyek wisata Pantai Tanjung Bira menelan tiga korban sekaligus.

Tidak tanggung-tanggung, mereka adalah Gubernur Sulawesi Selatan Profesor NA, Direktur PT APB berinisial AS dan Sekretaris Dinas PUTR Sulsel berinisial ER.

Sementara tiga orang lainnya yang turut diangkut KPK saat Operasi Tangkap Tangan (OTT) di Kota Makassar Jum’at (27/2) lalu, belum diketahui nasibnya.

Penetapan status tersangka diumumkan Ketua KPK Firli Bahuri dalam konferensi pers di Gedung Merah Putih KPK, Minggu (28/2) pukul 01.00 WIB.

Firli menyebut, Profesor NA cs diduga terlibat sejumlah kasus suap proyek pembangunan jalan pedistrian dan penerangan kawasan wisata Pantai Bira di Bulukumba, sejak tahun lalu.

Disamping kasus infrastruktur pembangunan jalan di daerah Kabupaten Sinjai dan Kabupaten Bulukumba, tahun anggaran 2019 hingga 2020.

Firli menjelaskan, pembangunan jalan pedistrian dan penerangan jalan kawasan Wisata Bira senilai Rp 20,8 miliar berasal dari dana bantuan keuangan Provinsi Sulawesi Selatan kepada Bulukumba, pada tahun lalu.

Sementara rehabilitasi jalan kawasan Wisata Bira tahun 2020 senilai Rp 7,1 miliar juga dari sumber sama.

Awal Pebruari 2021, kata Firli, Profesor NA terpantau aktif berkomunikasi dengan ER untuk memastikan AS mendapatkan kembali proyek pada tahun ini.

“Pada 26 Pebruari, AS diduga menyerahkan uang Rp2 miliar kepada NA melalui ER. NA juga diduga menerima uang dari kontraktor lain, pada akhir 2020 sebesar Rp 200 juta.

Dan pertengahan Februari 2021 NA kembali menerima Rp1 miliar. Selanjutnya, awal Februari NA kembali menerima uang Rp2,2 miliar,” bebernya.

KPK berhasil mengamankan barang bukti berupa uang tunai Rp2 miliar. Kini ketiga tersangka ditahan hingga 20 hari ke depan, guna proses hukum lebih lanjut.

Sejumlah sumber mengaku, hampir tidak percaya kepala daerah satu-satunya di Indonesia penyandang predikat profesor dan terkenal alim ini bisa terlibat praktek rasuah.

Namun, geliat pembangunan menggebu pada obyek wisata Pantai Tanjung Bira —terkoneksi dengan puluhan destinasi lainnya di Kabupaten Bulukumba— sepertinya mampu menebar pesona hingga ke Gedung Merah Putih, di Jakarta Selatan.

Gerak-gerik Profesor NA yang masih manusia biasa itu, akhirnya terpantau lembaga negara yang mulai hari ini memberi dia akomodasi gratis di Rutan KPK Cabang Pomdam Jaya Guntur.

Semoga KPK salah menduga, dan mudah-mudahan pengembangan wisata di Sulawesi Selatan tetap mampu berselancar melalui tangan dingin pengganti Sang Profesor.[ans]

Banner 728309

Pos terkait

Ekowisata Serunting - Wisata Bengkulu

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *