Perdana Sepanjang Sejarah, Jeram Bengkenang Diarungi Tuntas

Indonesia Memilih

Selain itu, juga memiliki akses darat untuk kepentingan rescue darat. Tempat ini telah ditetapkan sebagai lokasi Pendidikan dan Latihan Dasar (Diklatsar) Dayung Serunting angkatan berikutnya.

Hari berikutnya, Jum’at (27/11) pagi, hanya butuh waktu satu jam pengarungan, tim tiba di Pos 4,  Desa Muara Danau, Kecamatan Seginim.

Bacaan Lainnya
Banner 728309

Sejak awal, Pos 4 berperan sebagai terminal pengarungan sepanjang Sungai Bengkenang, mengingat posisinya di tengah Daerah Aliran Sungai (DAS) dan hanya berjarak 1,5 kilometer dari operational basecamp Dayung Serunting di sisi barat laut Danau Kawutan Serunting.

Seluruh kebutuhan pengarungan Sungai Bengkenang, dari Pos 1 hingga Pos 7, akan disuplai dari terminal ini.

Sekitar tiga pekan lalu, Tim Ekspedisi Bengkenang juga telah menuntaskan pengarungan dari Pos 4 menuju Pos 5 di jembatan gantung Durian Seginim, Kecamatan Seginim.

Berlanjut menuju Pos 6 di cagar budaya Lubuk Ipuh, Desa Lubuk Sirih Ulu, Kecamatan Manna.

Pengarungan berakhir di Pos 7, delta muara Sungai Bengkenang, Desa Tanjung Besar, Kecamatan Manna.

Sejalan program Dayung Serunting yang tengah berupaya merangkai konektivitas antar destinasi wisata se-Kabupaten Bengkulu Selatan, penetapan Pos 6 dan Pos 7 tidak terlepas dari langkah taktis “memakmurkan” dua potensi wisata di tempat tersebut, guna menyelaraskan gagasan Ekowisata Serunting pada tujuh desa di Kecamatan Seginim.

Penjabat Kepala Desa Lubuk Sirih Ulu, Adang Sutrisno MAP saat ditemui KompolmasTV di kantornya, secara gamblang menyatakan dukungannya terhadap upaya ini.

“Pemerintah Desa Lubuk Sirih Ulu sendiri sudah berupaya menata kawasan cagar budaya Lubuk Ipuh sejak 4-5 tahun lalu. Dan ini butuh dukungan pihak-pihak lain yang sepemahaman di bidang pariwisata,” ungkapnya, dua pekan lalu.

Sebagai wujud konkret dukungan permulaan, Adang memerintahkan segenap perangkatnya menjaring 10 pemuda terbaik untuk mengikuti Diklatsar Dayung Serunting, agar berikutnya bisa berbagi program melalui internal organisasi tersebut.

Sementara itu, Ketua Tim Ekspedisi Bengkenang 2020 Benny Chaniago memaparkan, dari Pos 1 hingga Pos 7 hanya dua jalur yang direkomendasikan layak diarungi para wisatawan arung sungai/jeram.

Yakni jalur Pos 1 hingga Pos 2 untuk wisata minat khusus (arung jeram), dan jalur Pos 4 hingga Pos 5 untuk fun-rafting.

Sisanya adalah jalur panjang yang lebih berfungsi sebagai akses konektivitas antar destinasi wisata, mulai agrowisata di Pos 3, Ekowisata Serunting di Pos 4, Cagar Budaya Lubuk Ipuh di Pos 6, hingga wisata Pantai Bengkenang di Pos 7 yang akan dikembangkan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Tanjung Besar.

“Sampai sebulan ke depan, kami akan menuntaskan penyiapan jalur jeram (menggunakan 6-7 perahu karet-red) di Pos 1 sampai Pos 2. Targetnya, awal tahun depan sudah aman diarungi para tamu,” tandasnya, Sabtu (28/11) pagi.

Kendati demikian, organisasi asuhan Ronny Nata dan Rildano —Perhimpunan Aranyacala Universitas Trisakti— ini tetap enggan merekomendasikan Bendungan Batu Balai di buka kembali untuk wisata pemandian sebelum pos pantau keselamatan pengunjung didirikan.

Ekspedisi perdana sepanjang sejarah Sungai Bengkenang ini didukung oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Bengkulu Selatan, Pemerintah Kecamatan Air Nipis, Seginim dan Manna.

Polres Bengkulu Selatan Polda Bengkulu, Balai Wilayah Sungai (BWS) Sumatera VII Kementerian PUPR, Ikatan Media Online (IMO) Indonesia DPW Provinsi Bengkulu, Koramil 02/0408, Balap Mania, BSR dan Manna Rafting Club (MRC).[ak]

Banner 728309

Pos terkait

Ekowisata Serunting - Wisata Bengkulu

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *