Ramadhan Makin Seru di DAS Bengkenang, Ini 5 Destinasi Wisata Paling Keren yang Wajib Anda Kunjungi

Sepit Kancing, destinasi wisata ekologi yang kaya flora dan fauna langka. Bunga Rafflesia dan Akar Dhayan juga bisa ditemukan di sini
Sepit Kancing, destinasi wisata ekologi yang kaya flora dan fauna langka. Bunga Rafflesia dan Akar Dhayas juga bisa ditemukan di sini.
Indonesia Memilih

PANDEMI Covid-19 tidak menyurutkan langkah para pemburu destinasi wisata menggerayangi seantero Bumi Rafflesia.

Termasuk lima dari belasan destinasi wisata di sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Bengkenang, wajib Anda singgahi saat melintas di Kabupaten Bengkulu Selatan.

Bacaan Lainnya
Banner 728309

Sebab, selain menonjolkan produk wisata ekologi dan minat khusus, kelima obyek ini juga tengah menggelar berbagai event pemicu adrenalin pengunjung.

Tentunya, Anda pasti dihalau hingga tunggang-langgang kalau kedapatan saat memasuki lokasi itu nekat mengabaikan protokol jitu mencegah penularan virus corona.

Apa saja lima destinasi tersebut?

1. Batu Balai

Terletak di pinggir Sugai Bengkenang, berada dalam wilayah Desa Sukarami, Kecamatan Air Nipis.

Berkendara sesantai bebek dari Kota Manna —ibukota Kabupaten Bengkulu Selatan— destinasi ini bisa dicapai dalam waktu kurang dari satu jam.

Dengan memasukkan kata kunci ‘Pos 1 Dayung Serunting’ pada aplikasi google map, Anda akan diberi dua opsi akses.

Yakni melalui jalur Kecamatan Manna -Kecamatan Bunga Mas – Kecamatan Kedurang Ilir – Kecamatan Kedurang.

Atau jalur Kecamatan Manna – Kecamatan Seginim – Kecamatan Air Nipis, dengan perbandingan waktu tempuh tidak signifikan.

Ratusan ribu orang pernah mengunjungi bendungan ini sejak 10 tahun terakhir, hanya untuk basah-basahan atau bersantai ria bersama keluarga dan sahabat.

Tempat ini merupakan entry point (titik start) pengarungan saat Dayung Serunting menjadi tim perdana sepanjang sejarah yang berhasil mengarungi Jeram Bengkenang, Oktober tahun lalu.

Sejak saat itu, Batu Balai bukan lagi sekadar ‘kolam mandi itik’. Tapi telah menjadi markas para atlet arung jeram yang kini tengah berlatih menghadapi berbagai kejuaraan hingga PON di Papua.

Keselamatan berwisata di tempat ini pun diatur dalam sebuah SOP. Pengunjung tidak diperkenankan mendekati perairan tanpa memakai pelampung, dan hole bendungan ditetapkan sebagai kawasan terlarang dimasuki.

Selain itu, tim rescue dan pemandu arung jeram juga disiagakan bersama sejumlah perahu karet bagi tamu yang akan menjajal lintasan rafting di Kandang Macan dan seterusnya.

Gilanya, hingga hari artikel ini ditulis, semuanya disediakan gratis oleh Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Sukarami sebagai pengelola.

Pamandian Batu Balai ditata kembali Pokdarwis Sukarami, dan masih menjadi pilihan favorit pengunjung
Pamandian Batu Balai ditata kembali Pokdarwis Sukarami, dan masih menjadi pilihan favorit pengunjung.

 

2. Sepit Kancing

Beranjak sekitar 3 kilometer ke hulu Bendungan Batu Balai, tepatnya dalam kawasan hutan lindung, sebuah destinasi wisata juga mulai diperkenalkan Pokdarwis Sukarami.

Dari bendungan, bisa ditempuh dengan jogging melintasi sejuknya kawasan Hutan Produksi (HP) dan Hutan Lindung (HL) sambil menuntun sepeda motor. Dikendarai juga boleh.

Nama Sepit Kancing diambil dari kondisi badan Sungai Bengkenang di tempat itu yang menyempit, berdinding tebing batu dan berair dalam.

Bunga Rafflesia Arnoldi serta berbagai flora langka menjadi komponen paling istimewa di tempat ini.

Adapula benda mirip akar nimang atau menurut Mitologi Serawai disebut tunggul butau yang merupakan ujung akar pohon berusia di atas tiga abad, berbentuk mirip manusia bugil dengan posisi telungkup.

Benda ini ditemukan Kompolmas, bersama Danramil Manna Kapten Inf Idham dan Camat Air Nipis Haryanto saat berjalan beriringan menyambangi lokasi.

Agar tidak dijadikan obyek kemusyrikan namun kelestariannya terjaga baik, ketiga penemu sepakat menyebutnya ‘Akar Dhayas’ yang merupakan kepanjangan iDHAm-harYAnto-kompolmaS.

Aksi pengrusakan para oknum perambah hutan jadi momok serius di kawasan ini. Pokdarwis Sukarami tengah berupaya mengeliminir dampak kerusakan bertambah parah.

Konsep ekowisata pun kemudian diusung. Pokdarwis hanya memperbolehkan tempat ini dikunjungi setiap Selasa dan Sabtu.

Kedua hari ini ditetapkan sebagai Hari Sepit Kancing.

Sepit Kancing, destinasi wisata ekologi yang kaya flora dan fauna langka
Sepit Kancing, destinasi wisata ekologi yang kaya flora dan fauna langka.

 

3. Bronjong Pit Stop

Lokasi ini adalah bekas longsor hebat yang memutus total akses Kecamatan Air Nipis dan Kedurang. Masih berada di wilayah Batu Balai, Desa Sukarami.

Bagi para atlet arung jeram, badan sungai dua jalur ini dijadikan sebagai lokasi latihan downstream dan upstream.

Dalam pengarungan sehari-hari, berfungsi sebagai pit stop, setelah melakukan pengarungan selama 30-40 menit dari Bendungan Batu Balai.

Biasanya, tamu komersil memilih jalur pendek ini sebagai asupan wisata minat khusus mereka.

Dengan merogoh kocek paling tinggi Rp 150 ribu, pengarungan dipandu para guide profesional, dilengkapi fasilitas penjemputan di finish point dan mendapatkan paket kuliner khas Serawai.

Sepanjang Bulan Ramadhan, tarif ini tidak naik. Namun layanan pandu pengarungan hanya berlaku untuk Paket Ngabuburit Rafting yang dimulai sejak jam 15.00 WIB.

Salah satu sesi Ayiak Riak Championship (ARC) yakni Gundul Cup juga bakal dihelat di tempat ini, 29-30 Mei mendatang.

Menggelar tiga kategori (head to head, speed, dan slalom), Gundul Cup memperebutkan 18 medali emas, 18 perak dan 18 perunggu, serta tropi dan uang pembinaan.

Anda bisa pilih jadi peserta yang bakal punya kans bertengger di podium jawara, atau sekadar jadi penonton. Kedua opsi ini sama-sama gratis kok.

Bronjong Pit Stop, terletak di antara Pos 1 dengan Pos 2 Dayung Serunting. Tengah sebagai arena kejuaraan arung jeram Gundul Cup
Bronjong Pit Stop, terletak di antara Pos 1 dengan Pos 2 Dayung Serunting. Tengah sebagai arena kejuaraan arung jeram Gundul Cup.

 

4. Ekowisata Serunting

Bergerak lebih ke hilir, tepatnya di Pos 4 Dayung Serunting, Anda akan temukan lagi medan serupa Bronjong Pit Stop, namun tanpa jeram.

Berjalan kaki dari Pos 4 sekitar lima menit melintasi permukiman Desa Muara Danau, Anda akan tiba di bibir Danau Kawutan Serunting, inti kawasan Ekowisata Serunting yang dihuni seribu lebih burung bangau dan belibis.

Program ekowisata ini pertama kali dicetuskan Kapolres Bengkulu Selatan AKBP Deddy Nata SIK, kemudian dieksekusi Dayung Serunting.

Ekowisata Serunting sendiri secara utuh mencakup seluruh wilayah Kecamatan Seginim, dan kawasan utama terdiri dari tujuh desa berbatasan danau.

Sebelumnya, penataan kawasan ini berjalan lemot akibat letoy-nya sebagian besar pemangku kebijakan tingkat desa yang mestinya menjadi ujung tombak kesuksesan program.

Camat Seginim Mardalena SPd MSi mengaku heran sikap tak acuh pemerintah desa terhadap destinasi andalan Bengkulu Selatan tersebut.

Sampai-sampai, dia harus rutin setiap bulan menyambangi Danau Kawutan Serunting guna memotivasi para kepala desa.

Sementara itu, Perhimpunan Aranyacala (PARY) Universitas Trisakti Jakarta, Riam Jeram Sukabumi, dan IMO-Indonesia DPW Bengkulu akhirnya memilih tampil men-support Dayung Serunting terang-terangan.

Kini, meski penataan taman dan banyak fasilitas umum masih merangkak perlahan, namun pengunjung kurun dua pekan terakhir tampak membludak.

Apalagi, Pokdarwis Muarau Ghindu juga mulai bergerak membangun keramba dan pondok terapung di tengah danau, serta menyiapkan kios kuliner di darat.

Tadi malam, belasan tenda bertebaran di areal camping ground.

Danau Kawutan Serunting, inti kawasan wisata ekologi yang mencakup seluruh wilayah Kecamatan Seginim
Danau Kawutan Serunting, inti kawasan wisata ekologi yang mencakup seluruh wilayah Kecamatan Seginim.

 

5. Lubuk Ipuh

Cagar budaya yang satu ini mulai dapat perhatian serius Pemerintah Desa Lubuk Sirih Ulu sejak 3-4 tahun lalu.

Setiap tahun memperoleh alokasi khusus dari Dana Desa (DD) yang digelontorkan pemerintah pusat, sehingga lebih tertata dan terawat.

Tapi, seiring konsep konektivitas antardestinasi yang digaungkan Dinas Pariwisata setempat, Lubuk Ipuh kini tengah mengembangkan diri menjadi taman rekreasi keluarga dan kuliner, disamping tetap menjaga kelestarian cagar budaya sebagai core destinasi.

Cagar Budaya Lubuk Ipuh, taman petilasan peninggalan Raja Mulia yang ramai dikunjungi sejak beberapa tahun terakhir
Cagar Budaya Lubuk Ipuh, taman petilasan peninggalan Raja Mulia yang ramai dikunjungi sejak beberapa tahun terakhir.

Selain lima destinasi tersebut, masih ada sederet destinasi wisata di sepanjang DAS Bengkenang yang baru mulai ditata.

Di antaranya adalah Lembah Bidara di dekat Batu Balai, Agrowisata Pos 3 Dayung Serunting di Desa Penandingan, Taman Matai di Desa Durian Seginim, dan delta Sungai Bengkenang di Desa Tanjung Besar.[ak/bar]

Klik di Sini untuk INFO Selengkapnya

Banner 728309

Pos terkait

Ekowisata Serunting - Wisata Bengkulu

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *